Sabtu, 14 Maret 2009

Perkembangan Kognitif & Tahap-tahap Sensori

Pada bayi, perkembangan diekspresikan melalui aktivitas persepsi dan motorik. Ketika bayi melihat dengan serius bagian-bagian dan perbedaan-perbedaan pada sebuah segitiga atau memeriksa wajah ayahnya, dia menunjukkan salah satu dari pengertiannya mengenai “memikirkan sesuatu” atau “mengetahui” segitiga atau wajah itu. Ketika bayi yang lain menghisap pegangan mainannya, kegiatan motorik ini merupakan cara untuk mengetahui atau memahami mainannya itu. Piaget mengemukakan pendekatannya yang dinamakan “genetic epistemology”. Epistemologi (ilmu tentang dasar dan pemerolehan pengetahuan); dan fokus pada keaslian (genesis) dan perkembangan. Menurut Piaget perkembangan pengetahuan merupakan suatu bentuk dari adaptasi dan beberapa hal lain yang melibatkan dua proses yang saling mempengaruhi, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses  memodifikasi lingkungannya agar sesuai dengan perkembangan cara berpikir dan bertindak yang sudah ada di dalam dirinya. Contoh: ketika seorang anak mengangkat sebuah pisang dan berjalan mengelilingi suatu lingkaran sambil berteriak “lihat, ini adalah sebuah Jet”, anak itu mengasimilasi pisang itu ke dalam cara berpikir dan bertindak yang sudah ada dalam pikirannya. Sedangkan akomodasi merupakan proses memodifikasi dirinya agar sesuai dengan karakteristik lingkungan yang ada. Contoh : Seorang anak yang untuk pertama kalinya berusaha mengupas sebuah pisang dan membuka mulutnya sehingga pisang itu dapat masuk dengan pas ke dalam mulutnya, dia mengakomodasi cara berpikir dan bertindaknya terhadap pisang itu seperti kenyataannya. Selain itu Piaget mengemukakan konsep “ekuilibrium” yaitu kecenderungan perkembangan individu yang menetap melalui kecerdasan yang seimbang dengan mengisi kekosongan melalui pengetahuan dan  penyusunan ulang suatu keyakinan ketika mereka gagal menguji suatu kenyataan.

Tahap-tahap sensory:

1. Sensori-motorik (2 tahun pertama)

Ciri-ciri : penggabungan bentuk-bentuk refleks menjadi bentuk gerakan yang dibuat pertama kali hanya untuk diulang, kemudian dipelihara dan kemudian menghasilkan perubahan baru dalam lingkungan; secara tetap objek diterima dan merupakan awal dari “pikiran” yang benar.

2. Preoperasional ( 2 – 7 tahun)

Ciri-ciri:adanya pemikiran yang tidak beraturan; terjadi perkembangan gambaran internal dan bahasa; terdapat ciri egosentris, animisme dan pemikiran yang salah tentang hubungan sebab akibat.

@ sub-tahap preconceptual: perkembangan bahasa secara cepat, mulai menggunakan bahasa, cenderung menggolongkan sesuatu secara tidak akurat. Contoh : memanggil semua pria dengan sebutan “ayah”.

@ sub-tahap perceptual atau intuitive: “pikiran” sering muncul tapi tetap dipusatkan pada kemunculannya dari pada pengertiannya. Cenderung berpusat pada aspek yang dapat diperhatikan dari suatu benda yang dapat dilihat dan oleh karena itu mengalami kegagalan untuk penyimpan ciri-ciri dalam segi isi, jumlah dan penyusunannya. Dapat menemukan hubungan yang benar melalui proses coba-salah tapi tidak dapat berpikir dengan cara yang fleksibel tentang hubungan timbal balik.

3. Operasional-konkret (7 – 12 tahun)

Ciri-ciri:munculnya pemikiran yang teratur; proses berpikir logis dan dapat dibalik tapi terbatas pada area pengalaman konkret anak ;menemukan strategi-strategi pilihan ( contoh: dua cara untuk pergi ke toko); dapat mengoordinasi suatu bagian-seluruh, klasifikasi bertingkat; memahami pemeliharaan dari angka, menyusun dan lainnya.

4. Operasional formal ( 12 tahun ke atas)

Ciri-ciri:mulai mampu berpikir dengan logis,  berpikir dari proposisi hipotesis; mampu mengevaluasi hipotesis dengan menguji pemecahan yang memungkinkan; dapat berpikir tentang cara berpikir dan menggunakan teori sebagai panduan pikiran.

Piaget menamakan setiap cara untuk mengetahui sekitar sebagai sebuah  “skema”. Skema: urutan perilaku yang dituntun oleh pikiran, contoh: ketika bayi menghisap, mereka melatih skema menghisapnya. Hisapan pertama mereka tampak sederhana dan memiliki gaya yang tidak fleksibel; mereka perlu menyesuaikan cara mengatur mulutnya sehingga pas dengan objek yang dihisapnya (contoh: botol susu). Untuk membuat penyesuaian, mereka mengakomodasi skema menghisapnya dengan bentuk botol susu. Hal ini memungkinkan mereka mengasimilasi botol susu ke dalam skema menghisapnya. Kombinasi dari asimilasi dan akomodasi dihasilkan dalam perilaku adaptif yang membantu bayi untuk bertahan. Bayi muda melihat suatu benda kemudian benda itu disembunyikan, mereka terlihat tidak menyadari bahwa objek itu tetap pada tempatnya. Menurut Piaget yang dinamakan “object permanent” adalah ide bahwa benda2 tetap ada meskipun tidak lama kemudian kita tidak dapat melihatnya. Bayi cenderung mencapai “object permanent”nya dengan mematuhi orang sebelum mereka mematuhi benda mati dan mereka mencapainya dengan mematuhi ibu mereka sebelum mereka mematuhi orang lain (Gouin-Decarie 1965)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar