Sabtu, 14 Maret 2009

Perkembangan Bahasa & Beberapa Masalah Masa Kanak-kanak

Perkembangan kosakata muncul melalui proses yang halus dan terus-menerus. Perkembangan bahasa terlihat tidak berlanjut ketika kita fokus pada syntax (bentuk aturan gramatikal untuk menyusun kata menjadi kalimat).

6 tahap perkembangan sintaksis pada anak:

1. sentence like word (12 -18 bulan), kata yang dikombinasikan dengan isyarat nonverbal (gerak dan perubahan suara)

2. modification (18 bulan -2 tahun)

3. structure (2 – 3 tahun)

4. operational changes (2,5 – 4 tahun)

5. categorization (3,5 – 7 tahun)

6. complex structure (5 – 10 tahun)

Perkembangan Sosial

Sosialisasi merupakan suatu proses di mana tingkah laku dan sikap anak disesuaikan dengan lingkungannya. Fokus utama teori Freud adalah sosialisasi anak yang menghormati orangtuanya selama periode ini. Menurut teori Freud selama tahap anal, sekitar tahun kedua, kunci interaksi terpusat seputar proses toilet Training. Pada tahap phallic (3- 6 tahun), anak menemukan kepuasan fisik dalam merangsang organ seksualnya dan tertarik dengan orangtua yang berlainan jenis. Erikson melihat dua tahun pertama dan pengalaman toilet Training adalah saat terjadinya konflik antara autonomy dan shame and doubt dan pada usia 3 atau 4 tahun muncul konflik indutrious di sekolah dan risiko untuk merasa inferior.

Dalam hubungan orangtua dan anak, orangtua yang mempunyai pengalaman lebih luas dan menjadi penjaga bagi anak-anaknya menjadi guru dan pendorong, agen yang aktif dalam sosialisasi. Ketika mengajarkan beberapa kemampuan tertentu, orangtua dapat bertindak disiplin dan dapat berkata tidak disertai dengan penjelasan-penjelasan tentang sesuatu yang terjadi.

Bila berbicara tentang aturan-aturan sex, identifikasi anak dengan orangtuanya mempengaruhi gagasan tentang aturan sex. Baik anak perempuan maupun laki-laki memakai pola perilaku feminin dan keibuan (Sears dkk 1965) tapi anak laki-laki sudah mulai menunjukkan tipe perilaku pria dewasa. Mainan yang dipilih dan aturan memainkannya membuat sikap maskulin secara meningkat. Adanya proses belajar mengobservasi di mana anak laki mengamati dan meniru pria dewasa dan anak perempuan mengamati dan meniru wanita dewasa khususnya ibunya.

Sejalan dengan proses kematangan, hubungan anak dengan orangtuanya tersaingi oleh hubungan anak dengan teman sebayanya. Anak terlibat dengan permainannya sendiri, mereka menunjukkan pilihan untuk dapat dekat dengan anak lain dan menunjukkan minatnya pada apa yang dilakukan orang lain tapi  dirinya sendiri memainkan bagian yang berdiri sendiri.

Selama masa kanak-kanak, anak laki dan perempuan memproduksi hormon androgen (hormon laki-laki) dan estrogen (hormon wanita). Mulai terjadinya peningkatan hormon androgen pada anak laki dan estrogen pada anak perempuan serta mulainya perkembangan perbedaan sex pada tubuh. Pada usia ini juga mulai terjadinya pertumbuhan yang begitu cepat (The growth spurt). Kedewasaan dimulai pada saat terjadinya pertumbuhan yang cepat, di mana anak laki dan perempuan mengalami pertumbuhan dua kali lipat dari sebelumnya.

Kematangan seksual di usia kanak-kanak awal ditandai dengan terjadinya peningkatan ukuran organ reproduksi, seperti ovarium dan uterus pada wanita serta penis dan saluran prostat pada pria. Pada masa ini juga mulai terbentuk perilaku prososial, perilaku seperti menolong, murah hati dan menghibur. Perilaku ini sering terlihat pada anak yang sama yang cenderung menjadi agresif.

Terdapat 4 tahap di mana anak mengembangkan empatinya yang memungkinkan adanya perilaku prososial, yaitu:

1. anak punya kesulitan membedakan dirinya dari orang lain, perilakunya dipicu dan sering kali mirip dengan orang lain. Contoh: ikut-ikutan menangis, ikut-ikutan tertawa.

2. mengembangkan rasa bahwa dirinya berbeda dari orang lain, tapi menurut pikiran egosentrisnya anak beranggapan bahwa orang lain yang menolong orang lain nantinya berharap dirinya akan ditolong juga. Contoh: seorang anak yang ibunya sedang bersedih akan membawakan kepada ibunya selimut kesayangannya atau boneka Teddy nya.

3. anak mengenali bahwa orang yang menderita memiliki perasaan dan kebutuhan yang berbeda dari dirinya sendiri. Usaha anak adalah untuk mencari tahu apa yang benar-benar dibutuhkan oleh orang yang mengalami penderitaan meskipun jika kebutuhannya berbeda dari preferensi pribadi milik anak itu. (pada masa kanak-kanak awal)

4. pada masa kanak-kanak akhir, anak dapat menghubungkan salah satu ekspresi dari keadaan yang menyusahkan dengan yang lainnya dan menjadi peduli terhadap kondisi umum pada orang lain. Anak terlihat berempati sekaligus mencari bantuan, contohnya anak yang murung dan menarik diri.

Beberapa Masalah Pada Tahap Kanak-kanak Awal

Pada tahun pra-sekolah, mendapatkan risiko yang bercampur: mobilitas, bahasa dan penilaian yang tidak matang. Keterbatasannya untuk memahami, membuat mereka mengalami kesulitan untuk meramalkan akibat dari aktivitas yang mereka lakukan. Muncul pemikiran yang irasional dalam mengimajinasi sesuatu hal, contoh: ketika tidur, anak mempersepsikan bayangan di dinding sebagai maling, penculik atau hantu. Anak mengalami ketakutan karena persepsi mereka yang tidak rasional. Masalah lain: terlalu aktif, menunjukkan siapa dirinya, banyak bicara, amarah yang meledak, merengek, membantah, menuntut perhatian, tidak patuh. Beberapa masalah yang membutuhkan penanganan klinis: phobia, autis.

(sumber : Cliff T. Morgan)

Perkembangan Masa Kanak-kanak Akhir

Tag Technorati: {grup-tag},
Tag Technorati: {grup-tag}

Masa ini berlangsung pada usia SD (6 -12 tahun)

Secara kognitif, berkembangnya kemampuan intelektual yang dinamakan operasional konkret. Mereka mulai mengerti tentang “reversibility” /kebalikan. Anak tidak hanya mengerti tentang panjang tetapi juga punya pemahaman tentang hal mengumpulkan, bilangan dan daerah. Namun pada tahap ini anak belum bisa mengerti konsep yang abstrak seperti: kebebasan, integritas atau kebenaran.

Perkembangan Sosial

Tentang persahabatan, anak umur 4 sampai 9 tahun mengembangkan sebuah pertemanan yang terus menerus atau beberapa pertemanan lainnya. Pertemanan pertama mereka cenderung bersifat “melayani dirinya” (seorang teman adalah yang melakukan apa yang saya mau). Selama masa SD,  berkembang menjadi hubungan timbal balik. Anak juga belajar mengatur pertemanan dengan teman-temannya sendiri menjadi sebuah kelompok. Kelompok memiliki ciri-ciri tertentu: ada tujuan yang dibuat anggota kelompoknya, ada aturan (hanya dinyatakan secara langsung atau cukup dimengerti/tidak tertulis), ada struktur yang bertingkat (ada yang memimpin dan ada yang mengikuti). Sgerif (1961) meneliti tentang ”summer camp” yang menunjukkan bahwa pembentukan kelompok pada masa pra-dewasa didorong oleh pengalaman hidup bersama, berbagi pengalaman yang menyenangkan, kerja sama yang melibatkan tujuan bersama dan adanya kompetisi dengan kelompok lain

Teman sebaya vs pengaruh orang dewasa

Pada masa SD akhir/pra remaja, anak-anak di Amerika lebih banyak yang menyampaikan ceritanya kepada teman-temannya dari pada kepada orangtuanya.  Ketika banyak situasi di mana anak diharuskan memilih, anak akan melakukan perilaku yang disetujui oleh teman sebayanya dari pada perilaku yang disetujui oleh orangtuannya dan orang dewasa lain.

Pencapaian Sosial

Selama awal masa sekolah, anak-anak menyusun kemampuan dasarnya. Di Amerika, seorang anak yang telah mencapai rata-rata tingkat 4 memperoleh tingkatan dalam membaca, menulis dan hitungan dan dianggap terpelajar. Anak sering belajar melalui “immersion”; pertama, melompat dengan kaki, berusaha semampunya, belajar dari kesalahannya dan berusaha untuk tidak bergantung -sering kali tanpa mempelajari peraturan umum sampai kemudian mengetahui aturannya, contoh: belajar naik sepeda dengan baik sebelum kita menyatakan aturan bagaimana menaikinya. Di sekolah, proses yang terjadi adalah sebaliknya di mana pertama kali, guru memberikan aturan umumnya dan kemudian siswa mencari tahu bagaimana aturan itu diaplikasikan pada contoh nyata di kehidupan. Hal ini membuat siswa tidak dapat menggaris bawahi maksud dibalik pertanyaan itu sampai nanti dia mengerti dikemudian hari.

Beberapa Masalah Pada Masa Kanak-Kanak Akhir

Pada masa kanak-kanak akhir, ruang kelas/ sekolah adalah tahapan di mana beberapa bagian peran kehidupan dimainkan. Pengalaman di sekolah akan menjadi sangat menyenangkan bagi anak yang cocok secara akademis dan secara sosial; tapi pengalaman itu juga dapat menjadi sangat mengerikan bagi anak yang tidak merasakan kecocokan itu (contoh: murid, guru dan pelajaran sekolah di Amerika utara didominasi oleh orang kulit putih dan orang kaya dan hal ini membuat siswa kulit hitam dan yang tidak kaya merasa bukan bagian dari sekolah itu, tidak nyaman hingga mereka keluar dari sekolah).

Munculnya perbandingan “satu lawan satu” yang sering terjadi pada masa SD, anak yang pekerjaan sekolahnya buruk bisa saja mempunyai ide yang bagus di tingkat 3 atau 4. Untuk beberapa anak, tuntutan sosial di sekolah sulit untuk dipenuhi dari pada tuntutan akademis.

Masalah lain yang muncul pada masa ini antara lain dyslexia (kesulitan membaca), ketidakmampuan belajar, gangguan perkembangan khusus.

Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal

Usia 2 – 7 tahun (tahap pre-operasional) merupakan saat berkembangnya operasi logika yang sebenarnya. Operation: tindakan mental yang fleksibel yang dapat dikombinasikan dengan yang lainnya untuk memecahkan masalah. Ada sebuah contoh kasus ilusi Muller-Lyer. Dua kelompok masing-masing berusia 4 tahun dan kelompok usia 8 tahun. Masing-masing anak diperlihatkan 2 tongkat, A dan B. Tiap anak diminta untuk membandingkan 2 tongkat itu, kemudian mengatakan apakah salah satunya berukuran lebih panjang atau keduanya berukuran sama.  diasumsikan bahwa semua anak mengenali bahwa A dan B sama panjang (pada kenyataannya memang sama panjang). Kemudian tongkat B dipindahkan (dibalik). Tongkat B terlihat lebih panjang dibanding tongkat A. Tiap anak ditanya apakah salah satu tongkat lebih panjang dari lainnya atau apakah keduanya sama panjang. Kebanyakan anak usia 4 tahun mengatakan bahwa tongkat B lebih panjang dan kebanyakan anak usia 8 tahun mengatakan bahwa keduanya sama panjang. Anak yang lebih tua memiliki operasi logika yang fleksibel dan memungkinkan mereka untuk membalik gerakan tongkat secara mental. Mereka dapat bayangkan memutar tongkat pada konfigurasi aslinya dan mereka tahu bila seperti itu, maka A dan B hampir sama. Anak yang lebih muda sebaliknya tidak memiliki operasi logika yang fleksibel.

Penelitian itu menunjukkan “identity concept” yang sederhana pada anak usia 4 tahun, di mana karakteristik seperti panjang suatu benda harusnya tidak berubah hanya karena benda itu telah dipindahkan pada lokasi yang baru. Pada tahap ini mulai berkembangnya “representational thought”, yaitu kemampuan untuk membentuk simbol-simbol mental untuk mewakili benda-benda atau kejadian-kejadian yang tidak terjadi saat itu.

Pada masa kanak-kanak awal mulai muncul adanya egosentrisme, yaitu ketidakmampuan untuk menggunakan sudut pandang orang lain di mana anak cenderung beranggapan bahwa orang lain melihat dunia seperti mereka melihat dunia itu. Hal ini tidak berarti keegoisan sebaliknya menunjukkan keterbatasan intelektual. Pada usia ini juga muncul anggapan bahwa suatu benda memiliki jiwa/hidup (animisme).

Perkembangan Sosial Masa Bayi

Hubungan afeksi awal dan stabil antara seorang anak dengan orang lain (biasanya orangtua) dinamakan “attachment”. John Bowlby (1966) melakukan penelitian tentang akibat dari pemisahan ibu dan anak sejak awal dan mengobservasi anak tersebut yang ditempatkan pada suatu yayasan. Sejak lahir anak tersebut dipisahkan dari ibunya dalam rumah sakit atau ruang rawat di mana tidak terdapat ibu pengganti yang tetap. Anak tersebut menjadi tidak dapat berhubungan dengan orang lain, takut untuk menjelajah atau bermain dan secara umum anak itu terlihat murung. Bowlby menyimpulkan “pentingnya kesehatan mental” bahwa “bayi dan anak kecil harus mengalami kehangatan, keintiman dan hubungan yang berlanjut dengan ibunya (atau ibu pengganti yang tetap) di mana keduanya menemukan kepuasan dan kenyamanan. Lamb (1976) melakukan penelitian yang mengindikasikan bahwa dalam situasi yang tidak diatur, seperti suasana yang melibatkan kehadiran ibu, ayah dan bayi itu sendiri, bayi menunjukkan kedekatan yang sama pada kedua orangtuanya, tapi ketika orang yang belum dikenal memasuki ruangan, bayi menunjukkan kedekatan yang paling kuat kepada ibunya. Hal ini dapat merefleksikan perbedaan cara seorang ayah atau seorang ibu berinteraksi dengan bayinya. Selama masa bayi, para ibu lebih banyak berinteraksi secara verbal dengan bayinya dan memainkan aturan sebagai penjaga sedangkan para ayah lebih banyak berinteraksi secara fisik dengan bayinya dan mengisi aturan dalam bermain.

Di lain pihak, Harlow melakukan penelitian tentang seekor bayi monyet yang melibatkan ibu pengganti. Setiap monyet dilengkapi dengan ibu pengganti. Salah satunya sebuah silinder yang dibuat dari kawat yang bertautan dengan sebuah balok kayu sebagai kepalanya; satu lagi dibuat dari sebalok kayu yang ditutupi dengan karet spons dan kain handuk. Dibalik tiap “induk” terdapat lampu yang menyala yang memberikan pancaran panas untuk bayi monyet. Untuk satu kelompok bayi, “induk” berkawat memiliki botol perawat, diletakkan di pusat dadanya. Pada kelompok kedua, induk yang berbaju tidak mempunyai botol perawat. Ketika observasi dengan dua induk dihadirkan, bayi monyet lebih banyak menghabiskan waktu dengan “induk” yang memakai baju, tanpa memperhatikan induk mana yang memberi makanan. Bayi monyet yang ada di belakang “induk” berbajunya bereaksi sangat berbeda ketika sedang ketakutan dari pada bayi yang berada di belakang “induk” dari kawat, contoh: ketika ditempatkan pada ruangan yang asing, bersama dengan “induk” nya, bayi dengan induk berbajunya berpegang erat dengan “induk” nya. Sebaliknya bayi monyet dengan “induk”dari kawatnya membuat sedikit usaha mendekati ibunya, malah mereka melempar dirinya ke lantai, menangis dan meringis atau mendempetkan tubuhnya ke dinding dan menutup wajahnya dengan tangannya. Bayi monyet dengan “induk”berbajunya telah mengembangkan kedekatan yang kuat dengan “induk” penggantinya.

Perkembangan Motorik Anak

Perkembangan Motorik Anak

Setiap anak mencapai kejadian penting dalam hidupnya pada usia yang berbeda-beda. Sebelum bayi dapat berjalan, ada serangkaian kejadian yang dapat memprediksi tercapainya kemampuan bayi untuk dapat berjalan. Urutan kejadian itu berlangsung cukup konsisten /cenderung teratur, tapi umur di mana setiap kejadian akan dicapai sulit untuk diprediksi pada setiap anak, contoh : 5 % bayi dapat berjalan sendiri pada umur 9 bulan tapi 5 % lainnya tidak dapat berjalan sendiri sampai umurnya mencapai 16 bulan.

Pada saat bayi mulai menggunakan kedua tangannya sebagai “alat bantu”, hal ini  merupakan indikasi yang menunjukkan urutan perkembangan yang sudah dapat diprediksi sebelumnya. di mana bayi meyakini bahwa tangannya dapat diarahkan kepada suatu target benda setelah itu diikuti dengan menggenggam benda itu hanya dengan telapak tangannya saja. Dalam hal ini terdapat urutan koordinasi jari dan ibu jari yang meningkat. Pada tahun pertama bayi dapat mengombinasi gerakan jari dan ibu jari untuk melakukan gerakan menjepit saat mereka  mengambil sesuatu. Selain itu apa apabila diberikan sepotong cokelat, yang mereka lakukan dengan sepotong cokelat itu  tergantung dari System morotik sebelumnya yaitu “mouthing”. Biasanya bentuk dari “mouthing” ini adalah perilaku menghisap.

Perkembangan Persepsi Masa Infancy/Bayi

Perkembangan Persepsi

Gibson dan Walk (1960) melakukan penyelidikan tentang persepsi kedalaman (depth perception). Untuk meneliti apakah bayi dapat membaca isyarat persepsi yang digunakan untuk menentukan kedalaman, peneliti menggunakan sebuah jurang (“Cliff”). Meskipun sebuah “drop-off” yang tampak nyata ditutupi oleh kaca yang bening, Gibson dan Walk melihat bahwa tidak ada satu pun bayi yang berumur 6 – 14 bulan akan menyeberangi area yang terlihat “dalam” untuk menghampiri ibunya. Di kemudian hari, Campos, Langer dan Krowitz (1970) menempatkan bayi untuk merangkak baik ke samping atau ke sisi yang terlihat “dalam” dan mengukur perubahan kecepatan jantung mereka. Bahkan bayi yang berumur 1,5 bulan menunjukkan peningkatan kecepatan gerak jantung ketika mereka ditempatkan di sisi yang terlihat dalam (merespons isyarat kedalaman).

Dari sudut pandang orang tua, aktivitas persepsi yang paling penting pada bayi adalah ketika bayi dan orangtuanya membuat kontak mata. Dengan mengikuti gerakan mata, peneliti  menemukan perubahan perkembangan penting dalam perilaku memperhatikan wajah. Bayi yang berumur 1 bulan hanya menunjukkan ketertarikan  tahap awal pada wajah manusia yang nyata. Ketika mereka fokus pada suatu wajah, fokus mereka hanya pada tepi-tepi dan sesuatu yang membedakan sisi terang dan gelap pada wajah. Bayi berumur 2 bulan lebih banyak memperhatikan bagian dalam dari wajah, khususnya mata lalu kemudian sisi-sisi luarnya. Bayi berumur 4 atau 5 bulan sudah dapat “menyusun” bagian-bagian dari wajah menjadi satu keseluruhan yang berarti, contohnya bayi berumur 5 bulan sudah dapat membedakan dua wajah yang berbeda (Cohen dkk 1978).

Perkembangan Emosi Masa Bayi/ Infancy

Bayi yang tersenyum apakah berarti menunjukkan bahwa ia senang? Apa yang kelihatannya adalah sebuah emosi, mungkin saja bukan. Pada usia 3 atau 4 bulan bayi lebih banyak tersenyum kepada ibunya dibandingkan kepada perempuan asing yang sama-sama menguatkannya. Pada usia 5 bulan, bayi sudah mulai mengombinasikan senyuman dengan tawaan, hal ini menunjukkan ada serangkaian perubahan yang ditandai dalam macam stimulasi yang ditandai oleh tawaan, contoh: pada pertengahan tahun pertama, bayi akan tertawa pada stimulasi yang melibatkan sentuhan-seperti ketika dikeliti atau ditiup perutnya.

Emosi, seperti kebahagiaan  berkembang bersamaan dengan kecerdasan anak. Kesenangan yang sederhana yang bukan merupakan tuntutan kognitif mungkin menyenangkan bagi bayi yang belum matang, tapi sejalan dengan proses perkembangan kognitif, seorang bayi perlu tantangan intelektual yang ditingkatkan untuk mengekspresikan kesenangan dan kelucuannya. Ketika bayi melihat sebuah objek dan dapat mencocokkannya dengan skema yang dimiliki (dan kemudian mengenalinya), hasilnya adalah kesenangan yang ditandai dengan senyuman atau tawa.

Beberapa Masalah pada Masa Bayi

Masalah umum yang terjadi pada tahun pertama adalah masalah pemberian makanan-khususnya ketidaknyamanan yang berhubungan dengan pencernaan yang dikenal dengan “sakit perut” dan “muntahan”, sembelit dan diare, pola tidur yang tidak tetap juga tangisan keras yang membingungkan.

Pada akhir tahun pertama mendekati tahun kedua, masalah yang terjadi melibatkan suatu konflik antara pertumbuhan fisik bayi dengan proses mental dan usaha orangtua untuk mengatur tindakannya di mana bagi mereka hal itu tampak bersifat agresif dan berbahaya, contohnya: sikap keras kepala dan kemarahan. Ketegangan yang terlibat ketika menghadapi masalah bayi dapat membuat orangtua merasa tidak cukup tahu bahkan marah kepada bayinya.

Beberapa perasaan yang berkaitan dengan masalah keuangan dan kekhawatiran tidak mendapat pekerjaan dapat menciptakan tahap penyiksaan pada anak.

· Down syndrome merupakan salah satu masalah yang ada. Meski sindrom ini disebabkan oleh kromosom yang tidak normal, biasanya tidak menurun.

· Infantile autism muncul selama satu tahun pertama, di mana penderita gagal menunjukkan ciri-ciri kejadian penting pada masa bayi. Gagal untuk fokus pada mata seseorang, tidak tersenyum untuk merespons wajah dan suara orang dan tidak menunjukkan tanda kedekatan (attachment) sebagai protes ketika ditinggalkan orangtuanya.

· Failure to trive (kegagalan untuk berkembang) ditunjukkan dengan sikap apatis, kurangnya minat sosial yang normal dan kekurangan nutrisi yang penting.

· Hal-hal tersebut muncul pada situasi di mana bayi diabaikan, disiksa dan kurang diberi stimulus.

· Piaget berpendapat bahwa dalam konteks bermain, anak membuat peralihan dari cara berpikir sensori motorik kepada cara berpikir yang melibatkan manipulasi simbol secara internal. Frekuensi dan intensitas interaksi dengan teman sebaya mendorong anak untuk berhubungan dengan masalah interpersonal, seperti cara mengatasi masalah dengan impuls agresif dan belajar bagaimana menolong orang lain.

Perkembangan Kognitif & Tahap-tahap Sensori

Pada bayi, perkembangan diekspresikan melalui aktivitas persepsi dan motorik. Ketika bayi melihat dengan serius bagian-bagian dan perbedaan-perbedaan pada sebuah segitiga atau memeriksa wajah ayahnya, dia menunjukkan salah satu dari pengertiannya mengenai “memikirkan sesuatu” atau “mengetahui” segitiga atau wajah itu. Ketika bayi yang lain menghisap pegangan mainannya, kegiatan motorik ini merupakan cara untuk mengetahui atau memahami mainannya itu. Piaget mengemukakan pendekatannya yang dinamakan “genetic epistemology”. Epistemologi (ilmu tentang dasar dan pemerolehan pengetahuan); dan fokus pada keaslian (genesis) dan perkembangan. Menurut Piaget perkembangan pengetahuan merupakan suatu bentuk dari adaptasi dan beberapa hal lain yang melibatkan dua proses yang saling mempengaruhi, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses  memodifikasi lingkungannya agar sesuai dengan perkembangan cara berpikir dan bertindak yang sudah ada di dalam dirinya. Contoh: ketika seorang anak mengangkat sebuah pisang dan berjalan mengelilingi suatu lingkaran sambil berteriak “lihat, ini adalah sebuah Jet”, anak itu mengasimilasi pisang itu ke dalam cara berpikir dan bertindak yang sudah ada dalam pikirannya. Sedangkan akomodasi merupakan proses memodifikasi dirinya agar sesuai dengan karakteristik lingkungan yang ada. Contoh : Seorang anak yang untuk pertama kalinya berusaha mengupas sebuah pisang dan membuka mulutnya sehingga pisang itu dapat masuk dengan pas ke dalam mulutnya, dia mengakomodasi cara berpikir dan bertindaknya terhadap pisang itu seperti kenyataannya. Selain itu Piaget mengemukakan konsep “ekuilibrium” yaitu kecenderungan perkembangan individu yang menetap melalui kecerdasan yang seimbang dengan mengisi kekosongan melalui pengetahuan dan  penyusunan ulang suatu keyakinan ketika mereka gagal menguji suatu kenyataan.

Tahap-tahap sensory:

1. Sensori-motorik (2 tahun pertama)

Ciri-ciri : penggabungan bentuk-bentuk refleks menjadi bentuk gerakan yang dibuat pertama kali hanya untuk diulang, kemudian dipelihara dan kemudian menghasilkan perubahan baru dalam lingkungan; secara tetap objek diterima dan merupakan awal dari “pikiran” yang benar.

2. Preoperasional ( 2 – 7 tahun)

Ciri-ciri:adanya pemikiran yang tidak beraturan; terjadi perkembangan gambaran internal dan bahasa; terdapat ciri egosentris, animisme dan pemikiran yang salah tentang hubungan sebab akibat.

@ sub-tahap preconceptual: perkembangan bahasa secara cepat, mulai menggunakan bahasa, cenderung menggolongkan sesuatu secara tidak akurat. Contoh : memanggil semua pria dengan sebutan “ayah”.

@ sub-tahap perceptual atau intuitive: “pikiran” sering muncul tapi tetap dipusatkan pada kemunculannya dari pada pengertiannya. Cenderung berpusat pada aspek yang dapat diperhatikan dari suatu benda yang dapat dilihat dan oleh karena itu mengalami kegagalan untuk penyimpan ciri-ciri dalam segi isi, jumlah dan penyusunannya. Dapat menemukan hubungan yang benar melalui proses coba-salah tapi tidak dapat berpikir dengan cara yang fleksibel tentang hubungan timbal balik.

3. Operasional-konkret (7 – 12 tahun)

Ciri-ciri:munculnya pemikiran yang teratur; proses berpikir logis dan dapat dibalik tapi terbatas pada area pengalaman konkret anak ;menemukan strategi-strategi pilihan ( contoh: dua cara untuk pergi ke toko); dapat mengoordinasi suatu bagian-seluruh, klasifikasi bertingkat; memahami pemeliharaan dari angka, menyusun dan lainnya.

4. Operasional formal ( 12 tahun ke atas)

Ciri-ciri:mulai mampu berpikir dengan logis,  berpikir dari proposisi hipotesis; mampu mengevaluasi hipotesis dengan menguji pemecahan yang memungkinkan; dapat berpikir tentang cara berpikir dan menggunakan teori sebagai panduan pikiran.

Piaget menamakan setiap cara untuk mengetahui sekitar sebagai sebuah  “skema”. Skema: urutan perilaku yang dituntun oleh pikiran, contoh: ketika bayi menghisap, mereka melatih skema menghisapnya. Hisapan pertama mereka tampak sederhana dan memiliki gaya yang tidak fleksibel; mereka perlu menyesuaikan cara mengatur mulutnya sehingga pas dengan objek yang dihisapnya (contoh: botol susu). Untuk membuat penyesuaian, mereka mengakomodasi skema menghisapnya dengan bentuk botol susu. Hal ini memungkinkan mereka mengasimilasi botol susu ke dalam skema menghisapnya. Kombinasi dari asimilasi dan akomodasi dihasilkan dalam perilaku adaptif yang membantu bayi untuk bertahan. Bayi muda melihat suatu benda kemudian benda itu disembunyikan, mereka terlihat tidak menyadari bahwa objek itu tetap pada tempatnya. Menurut Piaget yang dinamakan “object permanent” adalah ide bahwa benda2 tetap ada meskipun tidak lama kemudian kita tidak dapat melihatnya. Bayi cenderung mencapai “object permanent”nya dengan mematuhi orang sebelum mereka mematuhi benda mati dan mereka mencapainya dengan mematuhi ibu mereka sebelum mereka mematuhi orang lain (Gouin-Decarie 1965)

Perkembangan Masa Bayi dan Masa Kanak-kanak

Pertumbuhan dan perkembangan diri sudah dimulai sejak dini hingga dewasa. Apa yang ada dalam diri kita sebagian terbentuk karena karakteristik biologis yang diturunkan, yaitu sifat bawaan/sifat dasar kita (Nature). Seorang bayi menunjukkan beberapa refleks yang  sudah terbentuk dalam System biologisnya. Di kemudian hari, seorang anak mempelajari kata-kata pertamanya yang merupakan proses mendasar yang akan dilakukan seorang anak. Proses belajar anak mempelajari dunianya yang baru di tahap awal ini juga dipengaruhi oleh stimulus atau kekuatan dari lingkungan (Nurture). Seperti, bagaimana seorang ibu mengajak bicara anaknya yang secara tidak langsung mendorong anak untuk belajar mengucapkan kata-kata pertamanya. Namun pada dasarnya perkembangan seseorang dibentuk dari interaksi  faktor keturunan dan pengaruh lingkungan.

Selama pribadi kita berkembang dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, berapa banyak interaksi itu terjadi karena inisiatif kita, dan berapa banyak interaksi itu terjadi karena dipicu oleh lingkungan? Para ahli psikologi menggambarkan seorang individu sebagai individu yang pasif, sering kali melakukan sesuatu karena kekuatan lingkungan di sekitarnya. John. B. Watson menggambarkan seorang anak sebagai sebuah bahan mentah yang menunggu untuk dibentuk oleh orang terdekatnya (significant other) dan lingkungan di sekitarnya. Sementara itu B. F. Skiner menganggap tingkah laku dan perkembangan manusia sebagai proses dari upaya merespons sebuah “reward” / sesuatu yang berharga dan bernilai/berarti bagi dirinya dan menghindari sebuah “punishment” / sanksi /hukuman/ sesuatu yang merugikan bagi dirinya di lingkungannya. Namun sebaliknya Jean Piaget juga mengatakan bahwa secara aktif individu dapat memanipulasi objek dan kejadian di sekitar mereka.  Individu tidak hanya meniru atau belajar tentang realita yang ia kembangkan, tetapi justru menyusun cara sendiri untuk memahami dunia sekitar; di mana individu menciptakan realitas pribadi masing - masing.

Perkembangan merupakan proses yang terjadi terus-menerus. Selama masa itu terjadi terdapat sejumlah kemajuan berupa bertambahnya beberapa kemampuan yang menetap, bertambahnya pengetahuan dan kedewasaan. Sebagai contoh, secara kuantitatif seorang anak sudah mengingat sejumlah angka dalam suatu seri atau sudah banyak soal-soal sulit yang mampu dipecahkan seorang anak. Namun perkembangan juga merupakan proses yang dapat diukur secara kualitatif seperti perkembangan intelektual  yang terdiri dari beberapa tingkatan yang tidak hanya melibatkan faktor kecerdasan tetapi juga melibatkan suatu cara lain dalam berpikir dari tingkatan sebelumnya. Perkembangan kualitatif lebih menekankan pada bagaimana cara seorang anak memecahkan persoalan matematika (proses yang panjang), bukan berapa banyak soal matematika yang dapat dipecahkannya.

Periode Neonatal (4 Minggu pertama setelah kelahiran), merupakan masa transisi ketergantungan anak pada masa prenatal(dalam kandungan) menjadi sadar akan adanya kehidupan yang bebas. Mulai terbangunnya ritme bernafas, makan, tidur dan mengeluarkan cairan tubuh ketika bayi dan orangtuanya saling beradaptasi. Pada masa bayi yang penuh (4 Minggu sampai 18 bulan), mulai munculnya bahasa yang diucapkan bayi.

Periode ini muncul bersamaan dengan terbentuknya kemampuan untuk merasakan dan merespons beberapa bagian dari dunianya melalui cara yang teratur dan efektif. Contoh: secara refleks bayi mencari pusat dari buah dada, menghisap ketika sebuah benda di tempatkan dekat mulutnya dan menelan susu atau cairan lainnya. Refleks lainnya antara lain : bernafas, batuk, bersin, muntah dan menarik diri dari stimulus yang menyakitkan. Beberapa refleks lain yang melengkapi ketidakmatangan bagian tertentu dari otak, contohnya : refleks Moro muncul ketika sandaran bayi tiba-tiba dipindahkan dari belakang, bayi pada masa neonatal akan menghempaskan tangannya ke samping, memanjangkan jari-jarinya dan membawa tangannya ke belakang dalam gerakan memeluk yang singkat (bayi terkejut). Refleks Moro dan refleks lainnya akan hilang pada masa infancy awal sejalan dengan kematangan otak. Jika refleks ini muncul terlalu lama, berarti terdapat masalah pada perkembangan System saraf sentral pada bayi. Pada masa neonatal bayi menunjukkan reaksi positif pada rasa manis dan reaksi negatif pada rasa yang asam, pahit dan asin. Bayi akan memutar kepalanya untuk menghindari bau yang sangat kuat, berputar ke arah beberapa suara termasuk pembicaraan manusia. Tidak hanya menyesuaikan diri pada arah lampu tapi juga di bawah kondisi yang tepat dapat mengikuti sebuah cahaya atau suatu objek yang ditempatkan searah garis pandangnya. Bayi yang baru lahir akan menggunakan pandangannya untuk menggali dunianya. Haith (1976) menggambarkan proses perceptual ini dalam beberapa aturan sebagai berikut:

1. Jika saya terbangun dan cahaya tampak tidak terlalu terang,   saya akan membuka mata.

2. Jika area yang saya amati gelap, saya akan mulai mencari bayangan-bayangan atau benda-benda.

3. jika saya melihat suatu area yang terang tapi tidak ada tepi, saya akan mulai melihat secara luas dan terkadang mencari dengan tidak beraturan.

4. Jika saya melihat suatu tepi, saya akan terus melihatnya, lalu mencoba untuk melihat ke belakang dan seterusnya.

Pada suatu kondisi yang diatur, bayi yang baru lahir dapat belajar melalui classical dan instrumental conditioning, contoh: jika mereka dibolehkan menghisap cairan manis ketika mereka memutar kepalanya ke kanan, mereka akan sering menoleh ke kanan, mereka akan membalikkan putarannya jika cairan manis itu diberikan di sebelah kiri. Hanya beberapa hari saja bayi pada masa neonatal juga dapat diajarkan untuk memutar kepalanya dalam merespons suatu suara dan bukan yang lainnya (lipsitt 1982). Selain itu, bayi yang berusia 2 sampai 3 Minggu dapat menirukan tingkah laku tertentu orang dewasa, seperti menirukan ekspresi wajah (Meltzoff dan Moore 1977) .